Selasa, 15 Oktober 2019

Kebutuhan Manusia terhadap Pendidikan

By : Syariffan




KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP 
PENDIDIKAN

1.     Tinjauan dari Aspek Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;
-         Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)
-         Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
-         Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
-         Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insane
-         Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia adalah hewan yang berbahasa)

Aspek hakikat manusia diantaranya :
·       Manusia sebagai Makhluk Tuhan
·       Manusia sebagai Kesatuan Badan–Roh
-         Materialisme
Alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alam itu sendiri.
-         Idealisme
Idealisme menganggap bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya
-         Dualisme
Manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi, namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya.
·       Manusia sebagai Makhluk Individu
·       Manusia sebagai Makhluk Sosial
·       Manusia sebagai Makhluk Berbudaya
·       Manusia sebagai Makhluk Susila
·       Manusia sebagai Makhluk Beragama


2.     Tinjauan dari Beberapa Aspek
a.     Aspek Pedagogis
Pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. “Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak.”
 Pedagogis dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang menyelidiki atau mengintai pengawasi tentang gejala perbuatan pendidik.

Aspek pedagogis seorang guru yaitu :
1.     Mengenal Karakteristik Peserta Didik
2.     Menguasai Teori Belajar dan Prinsipprinsip Pembelajaran
b.    Aspek Filosofis Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, secara kodrati dianugerahkan hak dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Manusia juga memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah, motivasi, atau pendorong manusia dalam berbagai hal.
c.      Aspek Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
d.    Aspek manusia sebagai makhluk social
Manusia sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang berhubungan secara timbal-balik dengan manusia lain. Dalam sosiologi, mahkluk sosial adalah sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah "organisme hidup".Semua elemen masyarakat atau organisme sosial memiliki fungsi yang mempertahankan stabilitas dan kekompakan dari organisme. Dengan kata lain, manusia tergantung satu sama lainnya untuk menjaga keutuhan masyarakat.


3.     Kemungkinan Manusia dapat Dididik
Menurut suyitno menyatakan bahwa  ada enam  prinsip yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
a.     Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk mencapai manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, manusia yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain. Manusia juga memilik potensi yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi norma, potensi ilmu, karya dan lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan dapat dididik karena manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
b.    Prinsip Dinamika
Pendidik diharapkan membantu  peserta didik agar mampu mencapi kedewasaannya dan menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu sendiri memiliki dinamika untuk mencapai manusia yang ideal. Manusia selalu tidak pernah puas, ia selalu mengejar apa yang menjadi keinginannya. Ia selalu berusaha untuk menjadi manusia yang ideal baik secara keimanan pada Tuhannya maupun antar sesama manusia. Karena itu dinamika manusia menjadikan bahwa manusia dapat dididik.
c.      Prinsip Individualitas
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi dirinya sendiri. Disamping itu peserta didik adalah seorang  individu yang memiliki karakter yang bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, individualitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
d.    Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
e.      Prinsip Moralitas
Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma  dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai akhlak yang mulia dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.Manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, dimensi moralitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik
f.      Prinsip Keber-agamaan/religiusitas
Umat beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi suatu acuan berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan ini menuntun, mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial serta moral dalam kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya bahwa manusia akan dapatdididik.


4.     Hubungan HAM dan Pendidikan
a.     Hubungan Hakikat Manusia dan Pendidikan
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang memilki kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh.Manusia berfikir secara dinamis.
Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
1.     Manusia sebagai makhluk  yang belum selesai
2.     Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
3.     Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
b.    Hubungan Hakikat Manusia dan Ham
Hubungan hakikat manusia da HAM itu sangatalah erat, dimana hakikat manusia dan HAM itu sama-sama menjunjung nilai-nilai kemanusian.

5.     Karekteristik Sosok Manusia Indonesia
-         Munafik. Contoh yang relevan ialah lain di hati lain pula di mulut. Tidak konsistennya antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata bohong, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat.
-         Segan dan enggan bertanggung jawab. Contoh: jika terjadi kegagalan terhadap dirinya, manusia lndonesia cenderung melemparkan kegagalan itu sebagai akibat perbuatan orang lain
-         Feodal. Contohnya, bangsa kita terutama pejabat minta dilayani daripada melayani. Mengangkat pembantu sebanyak-banyaknya agar semakin banyak yang menghormati.
-         Masih percaya pada tahyul. Contohnya, suka menonton penayangan film-film horor dan dunia lain. Mengaku modern, tetapi masih sering pergi ke dukun.
-         Artistik. Contohnya, bangsa Indonesia senang pada keindahan terutama penampilan luarnya. Banyak hasil daya cipta artistik Indonesia dibeli dan diboyong ke luar negeri. Di sisi lain, demi memiliki pakaian, rumah, dan mobil yang indah, bangsa kita berani berutang.
-         Punya watak lemah. Contohnya, mudah dipaksa berubah keyakinannya demi kelangsungan hidupnya, mudah berubah pikirannya. Watak lemah ini erat kaitannya dengan munafik di atas.
-         Senang nostalgia. Ternyata lebih enak hidup di zaman orde baru ketimbang di era reformasi.
-         Cepat marah. Dipanasi nasionalismenya dalam konflik Ambalat dengan Malaysia langsung naik darah. Nekad siap berangkat walaupun tidak memiliki kemampuan bertempur.
-         Tukang lego. Contohnya, bangsa kita pandai menjual barang-baran g bekas. Biasanya untuk ganti model baru. Handphone selalu model baru, yang lama dilego. Sudah pandai mencari uang, harga diri dilego untuk mendapatkan kekuasaan. Sudah mendapatkan kekuasaan, harga diri dilego untuk mendapatkan kekayaan.
-         Suka merek luar negeri demi gengsi. Manusia Indonesia lebih suka membeli produk-produk yang mahal harganya asalkan dari luar negeri daripada membeli produk dalam negeri meskipun mutunya lebih tinggi.
-         Pemalas. Contohnya, bangsa kita adalah bangsa yang santai, kurang menghargai waktu. Waktu digunakan berjam-jam untuk mengobrol bukan untuk bekerja produktif.
-         Konsumtif. Setiap ada produk baru dan obralan pasti diserbu. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling banyak belanjanya di tanah suci dan Singapura. 



DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

 
Dasar Kependidikan Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template