PENDIDIKAN
1. Tinjauan dari Aspek Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan
akal dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting
dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya di dunia.
Manusia
adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu.
Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang
berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya
sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya
mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai
pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut
pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Hakikat manusia
adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna
eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip
adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat
manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia
memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis
Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan
asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya
(contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna
eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual,
sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan
sebagai makhluk beragama).
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam
memahami hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai
pendapat berikut;
-
Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena
terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi
(ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)
-
Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai
binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
-
Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang
berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan
pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang
berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
-
Harold H. Titus
menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu mempelajari dirinya
sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup serta dapat
menyelidiki makna eksistensi insane
-
Ahli mantiq
mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia adalah
hewan yang berbahasa)
Aspek hakikat manusia diantaranya :
· Manusia sebagai Makhluk Tuhan
· Manusia sebagai Kesatuan Badan–Roh
-
Materialisme
Alam
semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau
benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak
berbeda dari alam itu sendiri.
-
Idealisme
Idealisme
menganggap bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau
rohaninya
-
Dualisme
Manusia
terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya
tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi, namun demikian setiap peristiwa
kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya.
· Manusia sebagai Makhluk Individu
· Manusia sebagai Makhluk Sosial
· Manusia sebagai Makhluk Berbudaya
· Manusia sebagai Makhluk Susila
· Manusia sebagai Makhluk Beragama
2.
Tinjauan dari Beberapa Aspek
a.
Aspek Pedagogis
Pedagogik
secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak
kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda)
pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu,
yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. “Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik
anak.”
Pedagogis dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan
yang menyelidiki atau mengintai pengawasi tentang gejala perbuatan pendidik.
Aspek pedagogis
seorang guru yaitu :
1.
Mengenal
Karakteristik Peserta Didik
2.
Menguasai
Teori Belajar dan Prinsip‐prinsip
Pembelajaran
b.
Aspek Filosofis Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, secara kodrati dianugerahkan hak
dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Manusia juga memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah, motivasi, atau
pendorong manusia dalam berbagai hal.
c.
Aspek Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam
lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah
laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi
terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan
aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat
pada aspek yang lainnya.
Individu
merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu
berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri
dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial
tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
d.
Aspek manusia sebagai makhluk social
Manusia
sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang berhubungan secara timbal-balik
dengan manusia lain. Dalam sosiologi, mahkluk sosial adalah sebuah konsep
ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah
"organisme hidup".Semua elemen masyarakat atau organisme sosial
memiliki fungsi yang mempertahankan stabilitas dan kekompakan dari organisme.
Dengan kata lain, manusia tergantung satu sama lainnya untuk menjaga keutuhan
masyarakat.
3.
Kemungkinan Manusia dapat Dididik
Menurut suyitno
menyatakan bahwa ada enam prinsip yang melandasi kemungkinan manusia
akan dapat dididik, yaitu :
a.
Prinsip Potensialitas
Pendidikan
bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk mencapai
manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh potensi yang
ada dalam dirinya, manusia yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain.
Manusia juga memilik potensi yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi
norma, potensi ilmu, karya dan lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan
dapat dididik karena manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
b.
Prinsip Dinamika
Pendidik
diharapkan membantu peserta didik agar
mampu mencapi kedewasaannya dan menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu
sendiri memiliki dinamika untuk mencapai manusia yang ideal. Manusia selalu
tidak pernah puas, ia selalu mengejar apa yang menjadi keinginannya. Ia selalu
berusaha untuk menjadi manusia yang ideal baik secara keimanan pada Tuhannya
maupun antar sesama manusia. Karena itu dinamika manusia menjadikan bahwa
manusia dapat dididik.
c.
Prinsip Individualitas
Pendidikan
merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi dirinya sendiri.
Disamping itu peserta didik adalah seorang
individu yang memiliki karakter yang bebas dan aktif berupaya untuk
menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, individualitas menjadikan bahwa
manusia akan dapat dididik.
d.
Prinsip Sosialitas
Pendidikan
berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui interaksi
tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik.
Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam
bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik
di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya.
Sebab itu, sosialitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
e.
Prinsip Moralitas
Pendidikan
dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma
dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan
bertujuan agar manusia mempunyai akhlak yang mulia dan berperilaku sesuai
dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.Manusia mampu membedakan yang
baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, dimensi moralitas menjadikan bahwa manusia
akan dapat dididik
f.
Prinsip Keber-agamaan/religiusitas
Umat
beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah
diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi
suatu acuan berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan ini
menuntun, mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial serta
moral dalam kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya
bahwa manusia akan dapatdididik.
4.
Hubungan HAM dan Pendidikan
a.
Hubungan Hakikat Manusia dan Pendidikan
Manusia
adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang memilki kemampuan
intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu berfikir, berbuat, dan
bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang
utuh.Manusia berfikir secara dinamis.
Dalam
kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang
melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani maupun
rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia.
1. Manusia sebagai makhluk yang belum selesai
2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
3. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
b.
Hubungan Hakikat Manusia dan Ham
Hubungan
hakikat manusia da HAM itu sangatalah erat, dimana hakikat manusia dan HAM itu
sama-sama menjunjung nilai-nilai kemanusian.
5.
Karekteristik Sosok Manusia Indonesia
-
Munafik.
Contoh yang relevan ialah lain di hati lain pula di mulut. Tidak konsistennya
antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata bohong, apabila berjanji
ingkar, dan apabila dipercaya khianat.
-
Segan dan enggan bertanggung jawab. Contoh: jika terjadi kegagalan terhadap dirinya,
manusia lndonesia cenderung melemparkan kegagalan itu sebagai akibat perbuatan
orang lain
-
Feodal.
Contohnya, bangsa kita terutama pejabat minta dilayani daripada melayani.
Mengangkat pembantu sebanyak-banyaknya agar semakin banyak yang menghormati.
-
Masih percaya pada tahyul. Contohnya, suka menonton penayangan film-film horor
dan dunia lain. Mengaku modern, tetapi masih sering pergi ke dukun.
-
Artistik.
Contohnya, bangsa Indonesia senang pada keindahan terutama penampilan luarnya.
Banyak hasil daya cipta artistik Indonesia dibeli dan diboyong ke luar negeri.
Di sisi lain, demi memiliki pakaian, rumah, dan mobil yang indah, bangsa kita
berani berutang.
-
Punya watak lemah. Contohnya, mudah dipaksa berubah keyakinannya demi kelangsungan
hidupnya, mudah berubah pikirannya. Watak lemah ini erat kaitannya dengan
munafik di atas.
-
Senang nostalgia. Ternyata lebih enak hidup di zaman orde baru ketimbang di era
reformasi.
-
Cepat marah.
Dipanasi nasionalismenya dalam konflik Ambalat dengan Malaysia langsung naik
darah. Nekad siap berangkat walaupun tidak memiliki kemampuan bertempur.
-
Tukang lego.
Contohnya, bangsa kita pandai menjual barang-baran g bekas. Biasanya untuk
ganti model baru. Handphone selalu model baru, yang lama dilego. Sudah pandai
mencari uang, harga diri dilego untuk mendapatkan kekuasaan. Sudah mendapatkan
kekuasaan, harga diri dilego untuk mendapatkan kekayaan.
-
Suka merek luar negeri demi gengsi. Manusia Indonesia lebih suka membeli produk-produk
yang mahal harganya asalkan dari luar negeri daripada membeli produk dalam
negeri meskipun mutunya lebih tinggi.
-
Pemalas.
Contohnya, bangsa kita adalah bangsa yang santai, kurang menghargai waktu.
Waktu digunakan berjam-jam untuk mengobrol bukan untuk bekerja produktif.
-
Konsumtif.
Setiap ada produk baru dan obralan pasti diserbu. Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang paling banyak belanjanya di tanah suci dan Singapura.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar