Rabu, 30 Oktober 2019

Lingkungan Pendidikan


Sebelum kita masuk ke pembahasan kita jawab dahalu beberapa pertanyaan berikut!


          1.      Jelaskan Tripusat Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
a.       Keinsyafan Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai melalui satu jalur saja.
b.      Ketiga pusat pendidikan itu harus berhubungan seakrab-akrabnya serta harmonis.
c.       Bahwa alam keluarga tetap merupakan pusat pendidikan yang terpenting dan memberikan pendidikan budi pekerti, agama, dan laku sosial
d.      Bahwa perguruan sebagai balai wiyata yang memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan keterampilan.
e.       Bahwa alam pemuda (yang sekarang diperluas menjadi lingkungan/alam kemasyarakatan) sebagai tempat sang anak berlatih membentuk watak atau karakter dan kepribadiannya.
f.        Dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara ialah usaha untuk menghidupkan, menambah dan memberikan perasaan kesosialan sang anak.

          2.     Fungsi pendidikan di lingkungan keluarga
a.       Proteksi
Fungsi proteksi dalam keluarga yaitu sebagai perlindungan terhadap para anggota keluarga, baik dalam perlindungan secara emosional maupun fisik. Karena peran keluarga adalah memberikan rasa aman dan tentram kepada para anggota keluarga supaya hubungan dalam keluarga dapat berlangsung secara harmonis. Lembaga keluarga memiliki fungsi proteksi terhadap kehidupan anak-anak sebagai individu. Orang tua harus mampu memberi rasa aman serta nyaman terhadap anak-anaknya. Anak akan merasa tenang lahir dan batinnya jika orang tua mampu menciptakan suasana aman. Dalam situasi yang aman, orang tua harus mampu memberikan arahan yang baik bagi masa depan anak-anaknya. Peranan keluarga dalam menentukan masa depan anak sangat besar, mengingat keluargalah yang menanggung risiko kebaikan dan keburukan atas dampaknya.
b.      Inisiasi/Sosialisai
Fungsi sosialisasi dalam keluarga yaitu Keluarga merupakan sistem yang menyelenggarakan sosialisasi terhadap calon-calon warga masyarakat baru. Seseorang yang dilahirkan di suatu keluarga akan melalui suatu proses penyerapan unsur-unsur budaya yang mengatur masyarakat bersangkutan. Calon warga masyarakat baru dipersiapkan oleh orangtuanya, kemudian oleh orang lain dan lembaga pendidikan sekolah, untuk dapat menjalankan peranan dalam kehidupan bermasyarakat, di bidang ekonomi, agama, atau politik sesuai dengan kebutuhan setiap anggota masyarakat. Keluarga merupakan tempat awal terbinanya sosialisasi bagi seseorang.Rekreasi
Refleksi dari fungsi rekreasi, dahulu keluarga merupakan tempat rekreasi terhadap anggota-anggotanya, setelah disibukkan seharian dengan segala aktivitas. Dengan perubahan dan perkembangan masyarakat yang lebih kompleks, tergantikan oleh lembaga-lembaga yang lain, seperti gedung bioskop, panggung sirkus, night club, dan lain-lain. Pergeseran ini menurunkan keharmonisan hubungan antar-anggota keluarga dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.
c.       Edukasi
Fungsi edukasi  dalam keluarga yaitu Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama kali diterima dan diserap bagi anak. Orang tua memiliki peran yang penting dalam memberikan pendidikan dalam keluarga untuk anak-anaknya.

          3.     Proses pendidikan di lingkungan sekolah
a.       Alasan kenapa munculnya lingkungan sekolah
Pada dasarnya pendidikan sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga.
Pasti kita beratanya tanya kenapa munculnya lingkungan sekolah dalam pendidikan jawabannya sederhana yaitu Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal contohnya saja anak perlu pendidikan akademik yang diajarkan oleh yang ahli dalam bidangnya jadi apabila anak ada dalam lingkungan sekolah maka anak akan memperoleh pendidikan yang tidak didaptkan di lingkungan keluarga ataupun masyarakat.
Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah ini, yaitu sebagai berikut:
·         Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan bagi atas jenjang yangmemiliki hubungan hierarkis.
·         Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relativ homogen.
·         Waktu pendidikan relativ lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
·         Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
·         Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan datang.
b.      Fungsi utama pendidikan
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Fungsi  pendidikan disekolah menurut Suwarno dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan, adalah
·         Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
·         Spesialisasi.
·         Efisiensi-
·         SosialisasL
·         konservasi dan transmisi cultural.
·         transisi dari rumah ke masyarakat.

Sedangakan fungsi utama pendidikan adalah :
·         memberikan pengetahuan umum
·         memberikan keterampilan dasar
·         membentuk pribadi sosial
·         menyediakan sumber daya manusia
·         alat transformasi kebudayaan
c.       Tanggung jawab sekolah sebagai lingkungan pendidikan
1.      Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2.      Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3.      Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4.      Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.

          4.     Unsur-unsur pokok dalam suatu masyarakat
a.      Golongan sosial
Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dll. Faktor penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu.
b.     Kategori sosial
Kategori sosial, Menurut Koentjaraningrat,  kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri obyektif yang dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak memiliki  identitas, tidak memiliki lokasi, tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.
c.      Kelompok sosial
Kelompok sosial, Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di antara mereka.
d.     Perkumpulan sosial
Perkumpulan (asosiasi), Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang dibentuk secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya perkumpulan dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan, pendidikan, keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan suatu organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota relatif terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan antar anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

          5.     Fungsi organisasi sosial dilingkungan pendidikan
a.      Memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh para angggota dalam organisasi terentu
b.     Meningkatkan skil dan kemampuan dari anggota organisasi dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan masyarakat
c.      Memberikan pengetahuan dan mencerdaskan setiap anggota organisasi dalam masyarakat
d.     Melatih diri untuk bergaul dengan orang yang tidak seumuran atau meltih diri dalam menggunakan kata mendaki, menurun, melereng, dan mendatar apabila organisasinya tidak berbatas umur
e.      melatih tanggung jawab  dan disiplin

f.        melatih diri agar bisa memeanage waktu yang baik untuk organisasi di masyarakat, sekolah dan dirumah.



══════◎•❀•◎﷽◎•❀•◎══════


A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang proses belajar mengajar secara nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dangan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga.

B.  Bentuk-bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan yaitu tempat seseorang memperoleh penddikan secara langsung atau tidak langsung serta bersifat sosial dan material. Lingkungan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro “Tri Pusat Pendidikan”
dan sejalan pendapat Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk keluaga inti ataupun keluarga yang diperluas (kakek, nenek, ipar dsb).
Keluarga secara etimologi menurut Ki Hajar Dewantoro, seperti dijelaskan oleh Abu Ahmad adalah sebagai berikut: Bagi Bangsa Indonesia perkataan “keluarga” dikenal sebagai rangkaian perkataan-perkataan “kawula” artinya abdi sedangkangkan “warga” artinya anggota.
Keluarga dalam pandangan antropologi adalah kesatuan-kesatuan kecil yang memiliki tempat tinggal dan di tandai oleh kerjasama yang sangat erat.
Secara sosiologis keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terkait suatu keturunan.
 Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut:
Ø  Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anak.
Ø  Dorongan/motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orangtua terhadap keturunannya.
Ø  Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya bahkan kemanusiaan.
Disisi lain tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurang- kurangnya harus dilaksanankan dalam rangka hal- hal berikut:
Ø Memelihara dan membesarkan anak.
Ø Melindungi dan menjamin kesamaan.
Ø Membahagiakan anak baik dunia atau akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orang tua meliputi :      
1. Dasar pendidikan budi pekerti
2. Dasar pendidikan sosial
4. Dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik.
5. Dasar pendidikan kekeluargaan dengan memberikan apresiasi terhadap keluarga
6. Dasar pendidikan nasionalisme dan patriotisme dan berprikemanusiaan untuk mencintai bangsa dan tanah air
7. Dasar pendidikan agama

Fungsi dan peranan pendidikan keluarga yaitu:
1. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lingkungan pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merapakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak..
2. Menjamin kehidupan emosional anak
Melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidikan dengan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Peletakan dasar-dasar agama
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar kehidupan beragama, dalam hal ini tentu terjadi dalam keluarga.

2. Lingkungan Sekolah
Mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institusional yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab yaitu :
1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan dipercayakan kepada masyarakat dan Negara.
3. Tanggung jawab fungsional yaitu kewajiban mengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.
Evaluasi untuk mengukur kemampuan murid untuk menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau jenis pendidikan dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1. Formatif yaitu dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran.
2. Sumatif yaitu yang dilakukan setiap semester atau setiap tahun.
3. UAN (Ujian Akhir Nasional) adalah evaluasi yang diselenggarakan pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah atau sekolah swasta yang berada dalam naungan pemerintah.
Karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah ini, yaitu sebagai berikut :       
a. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan bagi atas jenjang yang
memiliki hubungan hierarkis.
b. Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relatif homogen.
c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang
harus diselesaikan.
d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan.
 Sifat-sifat lembaga pendidikan Yaitu :
Ø   Tumbuh sesudah keluarga ( pendidik kedua).
Ø   Merupakan lembaga pendidikan formal.
Ø   Merupakan lembaga yang tidak bersifat kodrati.
Macama-macam sekolah Yaitu :
1.  Ditinjau dari segi yang mengusahakan
a.  Sekolah negeri
b. Sekolah swasta
2. Ditinjau dari sudut tingkatan
a. Pendidikan dasar
b. Pendidikan menengah
c. Pendidikan tinggi
3. Ditinjau dari sifatnya
a. Sekolah umum
b. Sekolah kejuruan

3. Lingkungan Masyarakat
Kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan negara. Lembaga pendidikan ini berorientasi langsung kepada hal-hal yang bertalian dengan kehidupan. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah.
masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir, tapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material. Pendidikan dalam pergaulan masyarakat terutama banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan seperti :
a. Mesjid,surau atau langgar, mushola
b. Madrasah, pondok pesantren
c. Pengajian atau majlis taklim
d. Kursus-kursus
e. Badan-badan pembinaan rohani
Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU No. 20 Tahun 2003 disebut dengan jalur pendidikan non formal ini, bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf  hidupnya.
Ciri-ciri pendidikan masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.
2. Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah.
3. Pendidikan tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk
jangka waktu pendek.
4. Peserta tidak perlu homogen.
5. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi sistematis.
6. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
7. Keterampilan kerja sangat ditekankan.
Beberapa istilah jalur pendidikan luar sekolah Yaitu :
1. Pendidikan sosial
2. Pendidikan Masyarakat
3. Pendidikan rakyat
4. Pendidikan luar sekolah
5. Mass education
6. Adult education
7. Extension education
8. Fundamental education






Kesimpulan
Lingkungan pendidikan yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Sedangkan lembaga pendidikan yaitu organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan.
Fungsi lingkungan pendidikan yaitu membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat serta memberikan karakter yang tangguh dan mampu menyesuaikan diri dalam perkembangan jaman.
Lingkungan pendidikan secara garis besar terbagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu, keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.


Daftar Pustaka

http://www.teoripendidikan.com/2014/05/makalah-lingkungan-pendidikan.html


Sebelum kita masuk ke pembahasan kita jawab dahalu beberapa pertanyaan berikut!


          1.      Jelaskan Tripusat Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
a.       Keinsyafan Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai melalui satu jalur saja.
b.      Ketiga pusat pendidikan itu harus berhubungan seakrab-akrabnya serta harmonis.
c.       Bahwa alam keluarga tetap merupakan pusat pendidikan yang terpenting dan memberikan pendidikan budi pekerti, agama, dan laku sosial
d.      Bahwa perguruan sebagai balai wiyata yang memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan keterampilan.
e.       Bahwa alam pemuda (yang sekarang diperluas menjadi lingkungan/alam kemasyarakatan) sebagai tempat sang anak berlatih membentuk watak atau karakter dan kepribadiannya.
f.        Dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara ialah usaha untuk menghidupkan, menambah dan memberikan perasaan kesosialan sang anak.

          2.     Fungsi pendidikan di lingkungan keluarga
a.       Proteksi
Fungsi proteksi dalam keluarga yaitu sebagai perlindungan terhadap para anggota keluarga, baik dalam perlindungan secara emosional maupun fisik. Karena peran keluarga adalah memberikan rasa aman dan tentram kepada para anggota keluarga supaya hubungan dalam keluarga dapat berlangsung secara harmonis. Lembaga keluarga memiliki fungsi proteksi terhadap kehidupan anak-anak sebagai individu. Orang tua harus mampu memberi rasa aman serta nyaman terhadap anak-anaknya. Anak akan merasa tenang lahir dan batinnya jika orang tua mampu menciptakan suasana aman. Dalam situasi yang aman, orang tua harus mampu memberikan arahan yang baik bagi masa depan anak-anaknya. Peranan keluarga dalam menentukan masa depan anak sangat besar, mengingat keluargalah yang menanggung risiko kebaikan dan keburukan atas dampaknya.
b.      Inisiasi/Sosialisai
Fungsi sosialisasi dalam keluarga yaitu Keluarga merupakan sistem yang menyelenggarakan sosialisasi terhadap calon-calon warga masyarakat baru. Seseorang yang dilahirkan di suatu keluarga akan melalui suatu proses penyerapan unsur-unsur budaya yang mengatur masyarakat bersangkutan. Calon warga masyarakat baru dipersiapkan oleh orangtuanya, kemudian oleh orang lain dan lembaga pendidikan sekolah, untuk dapat menjalankan peranan dalam kehidupan bermasyarakat, di bidang ekonomi, agama, atau politik sesuai dengan kebutuhan setiap anggota masyarakat. Keluarga merupakan tempat awal terbinanya sosialisasi bagi seseorang.Rekreasi
Refleksi dari fungsi rekreasi, dahulu keluarga merupakan tempat rekreasi terhadap anggota-anggotanya, setelah disibukkan seharian dengan segala aktivitas. Dengan perubahan dan perkembangan masyarakat yang lebih kompleks, tergantikan oleh lembaga-lembaga yang lain, seperti gedung bioskop, panggung sirkus, night club, dan lain-lain. Pergeseran ini menurunkan keharmonisan hubungan antar-anggota keluarga dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.
c.       Edukasi
Fungsi edukasi  dalam keluarga yaitu Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama kali diterima dan diserap bagi anak. Orang tua memiliki peran yang penting dalam memberikan pendidikan dalam keluarga untuk anak-anaknya.

          3.     Proses pendidikan di lingkungan sekolah
a.       Alasan kenapa munculnya lingkungan sekolah
Pada dasarnya pendidikan sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga.
Pasti kita beratanya tanya kenapa munculnya lingkungan sekolah dalam pendidikan jawabannya sederhana yaitu Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal contohnya saja anak perlu pendidikan akademik yang diajarkan oleh yang ahli dalam bidangnya jadi apabila anak ada dalam lingkungan sekolah maka anak akan memperoleh pendidikan yang tidak didaptkan di lingkungan keluarga ataupun masyarakat.
Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah ini, yaitu sebagai berikut:
·         Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan bagi atas jenjang yangmemiliki hubungan hierarkis.
·         Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relativ homogen.
·         Waktu pendidikan relativ lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
·         Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
·         Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan datang.
b.      Fungsi utama pendidikan
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Fungsi  pendidikan disekolah menurut Suwarno dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan, adalah
·         Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
·         Spesialisasi.
·         Efisiensi-
·         SosialisasL
·         konservasi dan transmisi cultural.
·         transisi dari rumah ke masyarakat.

Sedangakan fungsi utama pendidikan adalah :
·         memberikan pengetahuan umum
·         memberikan keterampilan dasar
·         membentuk pribadi sosial
·         menyediakan sumber daya manusia
·         alat transformasi kebudayaan
c.       Tanggung jawab sekolah sebagai lingkungan pendidikan
1.      Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2.      Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3.      Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4.      Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.

          4.     Unsur-unsur pokok dalam suatu masyarakat
a.      Golongan sosial
Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dll. Faktor penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu.
b.     Kategori sosial
Kategori sosial, Menurut Koentjaraningrat,  kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri obyektif yang dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak memiliki  identitas, tidak memiliki lokasi, tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.
c.      Kelompok sosial
Kelompok sosial, Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di antara mereka.
d.     Perkumpulan sosial
Perkumpulan (asosiasi), Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang dibentuk secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya perkumpulan dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan, pendidikan, keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan suatu organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota relatif terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan antar anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

          5.     Fungsi organisasi sosial dilingkungan pendidikan
a.      Memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh para angggota dalam organisasi terentu
b.     Meningkatkan skil dan kemampuan dari anggota organisasi dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan masyarakat
c.      Memberikan pengetahuan dan mencerdaskan setiap anggota organisasi dalam masyarakat
d.     Melatih diri untuk bergaul dengan orang yang tidak seumuran atau meltih diri dalam menggunakan kata mendaki, menurun, melereng, dan mendatar apabila organisasinya tidak berbatas umur
e.      melatih tanggung jawab  dan disiplin

f.        melatih diri agar bisa memeanage waktu yang baik untuk organisasi di masyarakat, sekolah dan dirumah.



══════◎•❀•◎﷽◎•❀•◎══════


A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang proses belajar mengajar secara nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dangan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga.

B.  Bentuk-bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan yaitu tempat seseorang memperoleh penddikan secara langsung atau tidak langsung serta bersifat sosial dan material. Lingkungan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro “Tri Pusat Pendidikan”
dan sejalan pendapat Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk keluaga inti ataupun keluarga yang diperluas (kakek, nenek, ipar dsb).
Keluarga secara etimologi menurut Ki Hajar Dewantoro, seperti dijelaskan oleh Abu Ahmad adalah sebagai berikut: Bagi Bangsa Indonesia perkataan “keluarga” dikenal sebagai rangkaian perkataan-perkataan “kawula” artinya abdi sedangkangkan “warga” artinya anggota.
Keluarga dalam pandangan antropologi adalah kesatuan-kesatuan kecil yang memiliki tempat tinggal dan di tandai oleh kerjasama yang sangat erat.
Secara sosiologis keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terkait suatu keturunan.
 Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut:
Ø  Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anak.
Ø  Dorongan/motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orangtua terhadap keturunannya.
Ø  Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya bahkan kemanusiaan.
Disisi lain tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurang- kurangnya harus dilaksanankan dalam rangka hal- hal berikut:
Ø Memelihara dan membesarkan anak.
Ø Melindungi dan menjamin kesamaan.
Ø Membahagiakan anak baik dunia atau akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orang tua meliputi :      
1. Dasar pendidikan budi pekerti
2. Dasar pendidikan sosial
4. Dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik.
5. Dasar pendidikan kekeluargaan dengan memberikan apresiasi terhadap keluarga
6. Dasar pendidikan nasionalisme dan patriotisme dan berprikemanusiaan untuk mencintai bangsa dan tanah air
7. Dasar pendidikan agama

Fungsi dan peranan pendidikan keluarga yaitu:
1. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lingkungan pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merapakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak..
2. Menjamin kehidupan emosional anak
Melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidikan dengan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Peletakan dasar-dasar agama
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar kehidupan beragama, dalam hal ini tentu terjadi dalam keluarga.

2. Lingkungan Sekolah
Mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institusional yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab yaitu :
1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan dipercayakan kepada masyarakat dan Negara.
3. Tanggung jawab fungsional yaitu kewajiban mengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.
Evaluasi untuk mengukur kemampuan murid untuk menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau jenis pendidikan dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1. Formatif yaitu dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran.
2. Sumatif yaitu yang dilakukan setiap semester atau setiap tahun.
3. UAN (Ujian Akhir Nasional) adalah evaluasi yang diselenggarakan pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah atau sekolah swasta yang berada dalam naungan pemerintah.
Karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah ini, yaitu sebagai berikut :       
a. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan bagi atas jenjang yang
memiliki hubungan hierarkis.
b. Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relatif homogen.
c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang
harus diselesaikan.
d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan.
 Sifat-sifat lembaga pendidikan Yaitu :
Ø   Tumbuh sesudah keluarga ( pendidik kedua).
Ø   Merupakan lembaga pendidikan formal.
Ø   Merupakan lembaga yang tidak bersifat kodrati.
Macama-macam sekolah Yaitu :
1.  Ditinjau dari segi yang mengusahakan
a.  Sekolah negeri
b. Sekolah swasta
2. Ditinjau dari sudut tingkatan
a. Pendidikan dasar
b. Pendidikan menengah
c. Pendidikan tinggi
3. Ditinjau dari sifatnya
a. Sekolah umum
b. Sekolah kejuruan

3. Lingkungan Masyarakat
Kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan negara. Lembaga pendidikan ini berorientasi langsung kepada hal-hal yang bertalian dengan kehidupan. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah.
masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir, tapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material. Pendidikan dalam pergaulan masyarakat terutama banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan seperti :
a. Mesjid,surau atau langgar, mushola
b. Madrasah, pondok pesantren
c. Pengajian atau majlis taklim
d. Kursus-kursus
e. Badan-badan pembinaan rohani
Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU No. 20 Tahun 2003 disebut dengan jalur pendidikan non formal ini, bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf  hidupnya.
Ciri-ciri pendidikan masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.
2. Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah.
3. Pendidikan tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk
jangka waktu pendek.
4. Peserta tidak perlu homogen.
5. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi sistematis.
6. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
7. Keterampilan kerja sangat ditekankan.
Beberapa istilah jalur pendidikan luar sekolah Yaitu :
1. Pendidikan sosial
2. Pendidikan Masyarakat
3. Pendidikan rakyat
4. Pendidikan luar sekolah
5. Mass education
6. Adult education
7. Extension education
8. Fundamental education






Kesimpulan
Lingkungan pendidikan yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Sedangkan lembaga pendidikan yaitu organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan.
Fungsi lingkungan pendidikan yaitu membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat serta memberikan karakter yang tangguh dan mampu menyesuaikan diri dalam perkembangan jaman.
Lingkungan pendidikan secara garis besar terbagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu, keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.


Daftar Pustaka

http://www.teoripendidikan.com/2014/05/makalah-lingkungan-pendidikan.html

Selasa, 29 Oktober 2019

Konsep Ilmu Pendidikan

Aliran Aliran dalam pendidikan

Pendidikan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan sosial, budaya, dan iptek, pemikiran pemikiran tentang aliran pendidikan juga semakin berkembang. pemikiran pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran aliran pendidikan. Berikut adalah aliran aliran pendidikan yang berkembang dan saling menyempurnakan :

a). Aliran Empirisme
. Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704.Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.  Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulanstimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.
 Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme PaedagogisFaktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan se¬bagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. 
aliran empirisme mengemukakan 4 prinsip belajar yaitu asosiasi, pengulangan,  peniruan,ganjaran dan hukuman.

Disini dapat disimpulkan bahwa teori empirisme itu adalah aliran pendidikan yang didaptkan melalui pengalaman atau dari seorang pendidik

b).Aliran Nativisme
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir .Aliran ini  bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.

Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang di¬bawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Jadi jelas di sini, bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembangnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan baik lingkungan sekitar yang ada sehari-hari maupunlingkungan yang direkayasa oleh orang dewasa yang disebut pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan, lingkungan masyarakat, dan orang tua tidak berpengaruh terhadap perkembangananak karena setiap anak akan berkembang sesuai pembawaannya, bukan oleh kekuatan-kekuatandari luar.

c).Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme, yang berasal dari bahasa Latin, nature artinya alam. Tokoh pendukung aliran naturalisme adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filsuf Perancis mengucapkan sesuatu yang terkenal yaitu “ Kembalilah ke Alam”. Ia berpandangan bahwa semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik dan tidak ada seorangpun  anak yang lahir dengan pembawaan buruk. Lingkunganlah yang merubah sifat baik yang dibawa sejak lahir menjadi buruk dan rusak.

Jean Jacques Rousseau juga berpendapat  dalam bukunya yang berjudul “Emile” yang menulis sebagai berikut “ Everything is good as it come from the hand of the author of the nature, everything degenerates in the hand of man” artinya “segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek atau rusak, manakala ia sudah berada di tangan manusia . Aliran ini juga disebut negativisme, sebuah pandangan negatif tentang manusia karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Kekuatan alam yang akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah. bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.   Aliran ini diesbut juga negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan petrumbuhan anak pada alam dengan kata lain pendidik tidak diperlukan.

d). Aliran Konvegensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak. Pendapat ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh William Stern. Pendapat ini semua bermaksud menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan mengkombinasikannya. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena mampu menerangkan kejadiankejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat tersebut dan mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan.



sumber:
modul Yudi Setianto ,M.Pd, modul 17. Aliran aliran pendidikan dikutip dari https://nyongshareilmu.blogspot.com/2015/03/aliran-aliran-teori-pendidikan.html

Tirtarahardja, U dkk. 2010. Pengantar pendidikan . Jakarta: PT Adi Mahasatya
Aliran Aliran dalam pendidikan

Pendidikan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan sosial, budaya, dan iptek, pemikiran pemikiran tentang aliran pendidikan juga semakin berkembang. pemikiran pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran aliran pendidikan. Berikut adalah aliran aliran pendidikan yang berkembang dan saling menyempurnakan :

a). Aliran Empirisme
. Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704.Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.  Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulanstimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.
 Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme PaedagogisFaktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan se¬bagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. 
aliran empirisme mengemukakan 4 prinsip belajar yaitu asosiasi, pengulangan,  peniruan,ganjaran dan hukuman.

Disini dapat disimpulkan bahwa teori empirisme itu adalah aliran pendidikan yang didaptkan melalui pengalaman atau dari seorang pendidik

b).Aliran Nativisme
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir .Aliran ini  bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.

Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang di¬bawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Jadi jelas di sini, bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembangnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan baik lingkungan sekitar yang ada sehari-hari maupunlingkungan yang direkayasa oleh orang dewasa yang disebut pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan, lingkungan masyarakat, dan orang tua tidak berpengaruh terhadap perkembangananak karena setiap anak akan berkembang sesuai pembawaannya, bukan oleh kekuatan-kekuatandari luar.

c).Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme, yang berasal dari bahasa Latin, nature artinya alam. Tokoh pendukung aliran naturalisme adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filsuf Perancis mengucapkan sesuatu yang terkenal yaitu “ Kembalilah ke Alam”. Ia berpandangan bahwa semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik dan tidak ada seorangpun  anak yang lahir dengan pembawaan buruk. Lingkunganlah yang merubah sifat baik yang dibawa sejak lahir menjadi buruk dan rusak.

Jean Jacques Rousseau juga berpendapat  dalam bukunya yang berjudul “Emile” yang menulis sebagai berikut “ Everything is good as it come from the hand of the author of the nature, everything degenerates in the hand of man” artinya “segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek atau rusak, manakala ia sudah berada di tangan manusia . Aliran ini juga disebut negativisme, sebuah pandangan negatif tentang manusia karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Kekuatan alam yang akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah. bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.   Aliran ini diesbut juga negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan petrumbuhan anak pada alam dengan kata lain pendidik tidak diperlukan.

d). Aliran Konvegensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak. Pendapat ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh William Stern. Pendapat ini semua bermaksud menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan mengkombinasikannya. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena mampu menerangkan kejadiankejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat tersebut dan mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan.



sumber:
modul Yudi Setianto ,M.Pd, modul 17. Aliran aliran pendidikan dikutip dari https://nyongshareilmu.blogspot.com/2015/03/aliran-aliran-teori-pendidikan.html

Tirtarahardja, U dkk. 2010. Pengantar pendidikan . Jakarta: PT Adi Mahasatya

Selasa, 15 Oktober 2019

Kebutuhan Manusia terhadap Pendidikan

By : Syariffan




KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP 
PENDIDIKAN

1.     Tinjauan dari Aspek Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;
-         Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)
-         Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
-         Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
-         Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insane
-         Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia adalah hewan yang berbahasa)

Aspek hakikat manusia diantaranya :
·       Manusia sebagai Makhluk Tuhan
·       Manusia sebagai Kesatuan Badan–Roh
-         Materialisme
Alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alam itu sendiri.
-         Idealisme
Idealisme menganggap bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya
-         Dualisme
Manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi, namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya.
·       Manusia sebagai Makhluk Individu
·       Manusia sebagai Makhluk Sosial
·       Manusia sebagai Makhluk Berbudaya
·       Manusia sebagai Makhluk Susila
·       Manusia sebagai Makhluk Beragama


2.     Tinjauan dari Beberapa Aspek
a.     Aspek Pedagogis
Pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. “Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak.”
 Pedagogis dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang menyelidiki atau mengintai pengawasi tentang gejala perbuatan pendidik.

Aspek pedagogis seorang guru yaitu :
1.     Mengenal Karakteristik Peserta Didik
2.     Menguasai Teori Belajar dan Prinsipprinsip Pembelajaran
b.    Aspek Filosofis Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, secara kodrati dianugerahkan hak dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Manusia juga memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah, motivasi, atau pendorong manusia dalam berbagai hal.
c.      Aspek Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
d.    Aspek manusia sebagai makhluk social
Manusia sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang berhubungan secara timbal-balik dengan manusia lain. Dalam sosiologi, mahkluk sosial adalah sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah "organisme hidup".Semua elemen masyarakat atau organisme sosial memiliki fungsi yang mempertahankan stabilitas dan kekompakan dari organisme. Dengan kata lain, manusia tergantung satu sama lainnya untuk menjaga keutuhan masyarakat.


3.     Kemungkinan Manusia dapat Dididik
Menurut suyitno menyatakan bahwa  ada enam  prinsip yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
a.     Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk mencapai manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, manusia yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain. Manusia juga memilik potensi yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi norma, potensi ilmu, karya dan lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan dapat dididik karena manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
b.    Prinsip Dinamika
Pendidik diharapkan membantu  peserta didik agar mampu mencapi kedewasaannya dan menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu sendiri memiliki dinamika untuk mencapai manusia yang ideal. Manusia selalu tidak pernah puas, ia selalu mengejar apa yang menjadi keinginannya. Ia selalu berusaha untuk menjadi manusia yang ideal baik secara keimanan pada Tuhannya maupun antar sesama manusia. Karena itu dinamika manusia menjadikan bahwa manusia dapat dididik.
c.      Prinsip Individualitas
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi dirinya sendiri. Disamping itu peserta didik adalah seorang  individu yang memiliki karakter yang bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, individualitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
d.    Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
e.      Prinsip Moralitas
Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma  dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai akhlak yang mulia dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.Manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, dimensi moralitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik
f.      Prinsip Keber-agamaan/religiusitas
Umat beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi suatu acuan berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan ini menuntun, mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial serta moral dalam kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya bahwa manusia akan dapatdididik.


4.     Hubungan HAM dan Pendidikan
a.     Hubungan Hakikat Manusia dan Pendidikan
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang memilki kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh.Manusia berfikir secara dinamis.
Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
1.     Manusia sebagai makhluk  yang belum selesai
2.     Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
3.     Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
b.    Hubungan Hakikat Manusia dan Ham
Hubungan hakikat manusia da HAM itu sangatalah erat, dimana hakikat manusia dan HAM itu sama-sama menjunjung nilai-nilai kemanusian.

5.     Karekteristik Sosok Manusia Indonesia
-         Munafik. Contoh yang relevan ialah lain di hati lain pula di mulut. Tidak konsistennya antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata bohong, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat.
-         Segan dan enggan bertanggung jawab. Contoh: jika terjadi kegagalan terhadap dirinya, manusia lndonesia cenderung melemparkan kegagalan itu sebagai akibat perbuatan orang lain
-         Feodal. Contohnya, bangsa kita terutama pejabat minta dilayani daripada melayani. Mengangkat pembantu sebanyak-banyaknya agar semakin banyak yang menghormati.
-         Masih percaya pada tahyul. Contohnya, suka menonton penayangan film-film horor dan dunia lain. Mengaku modern, tetapi masih sering pergi ke dukun.
-         Artistik. Contohnya, bangsa Indonesia senang pada keindahan terutama penampilan luarnya. Banyak hasil daya cipta artistik Indonesia dibeli dan diboyong ke luar negeri. Di sisi lain, demi memiliki pakaian, rumah, dan mobil yang indah, bangsa kita berani berutang.
-         Punya watak lemah. Contohnya, mudah dipaksa berubah keyakinannya demi kelangsungan hidupnya, mudah berubah pikirannya. Watak lemah ini erat kaitannya dengan munafik di atas.
-         Senang nostalgia. Ternyata lebih enak hidup di zaman orde baru ketimbang di era reformasi.
-         Cepat marah. Dipanasi nasionalismenya dalam konflik Ambalat dengan Malaysia langsung naik darah. Nekad siap berangkat walaupun tidak memiliki kemampuan bertempur.
-         Tukang lego. Contohnya, bangsa kita pandai menjual barang-baran g bekas. Biasanya untuk ganti model baru. Handphone selalu model baru, yang lama dilego. Sudah pandai mencari uang, harga diri dilego untuk mendapatkan kekuasaan. Sudah mendapatkan kekuasaan, harga diri dilego untuk mendapatkan kekayaan.
-         Suka merek luar negeri demi gengsi. Manusia Indonesia lebih suka membeli produk-produk yang mahal harganya asalkan dari luar negeri daripada membeli produk dalam negeri meskipun mutunya lebih tinggi.
-         Pemalas. Contohnya, bangsa kita adalah bangsa yang santai, kurang menghargai waktu. Waktu digunakan berjam-jam untuk mengobrol bukan untuk bekerja produktif.
-         Konsumtif. Setiap ada produk baru dan obralan pasti diserbu. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling banyak belanjanya di tanah suci dan Singapura. 



DAFTAR PUSTAKA

By : Syariffan




KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP 
PENDIDIKAN

1.     Tinjauan dari Aspek Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;
-         Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)
-         Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
-         Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
-         Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insane
-         Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia adalah hewan yang berbahasa)

Aspek hakikat manusia diantaranya :
·       Manusia sebagai Makhluk Tuhan
·       Manusia sebagai Kesatuan Badan–Roh
-         Materialisme
Alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alam itu sendiri.
-         Idealisme
Idealisme menganggap bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya
-         Dualisme
Manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi, namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya.
·       Manusia sebagai Makhluk Individu
·       Manusia sebagai Makhluk Sosial
·       Manusia sebagai Makhluk Berbudaya
·       Manusia sebagai Makhluk Susila
·       Manusia sebagai Makhluk Beragama


2.     Tinjauan dari Beberapa Aspek
a.     Aspek Pedagogis
Pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. “Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak.”
 Pedagogis dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang menyelidiki atau mengintai pengawasi tentang gejala perbuatan pendidik.

Aspek pedagogis seorang guru yaitu :
1.     Mengenal Karakteristik Peserta Didik
2.     Menguasai Teori Belajar dan Prinsipprinsip Pembelajaran
b.    Aspek Filosofis Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, secara kodrati dianugerahkan hak dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Manusia juga memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah, motivasi, atau pendorong manusia dalam berbagai hal.
c.      Aspek Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
d.    Aspek manusia sebagai makhluk social
Manusia sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang berhubungan secara timbal-balik dengan manusia lain. Dalam sosiologi, mahkluk sosial adalah sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah "organisme hidup".Semua elemen masyarakat atau organisme sosial memiliki fungsi yang mempertahankan stabilitas dan kekompakan dari organisme. Dengan kata lain, manusia tergantung satu sama lainnya untuk menjaga keutuhan masyarakat.


3.     Kemungkinan Manusia dapat Dididik
Menurut suyitno menyatakan bahwa  ada enam  prinsip yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
a.     Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk mencapai manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, manusia yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain. Manusia juga memilik potensi yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi norma, potensi ilmu, karya dan lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan dapat dididik karena manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
b.    Prinsip Dinamika
Pendidik diharapkan membantu  peserta didik agar mampu mencapi kedewasaannya dan menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu sendiri memiliki dinamika untuk mencapai manusia yang ideal. Manusia selalu tidak pernah puas, ia selalu mengejar apa yang menjadi keinginannya. Ia selalu berusaha untuk menjadi manusia yang ideal baik secara keimanan pada Tuhannya maupun antar sesama manusia. Karena itu dinamika manusia menjadikan bahwa manusia dapat dididik.
c.      Prinsip Individualitas
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi dirinya sendiri. Disamping itu peserta didik adalah seorang  individu yang memiliki karakter yang bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, individualitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
d.    Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
e.      Prinsip Moralitas
Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma  dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai akhlak yang mulia dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.Manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, dimensi moralitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik
f.      Prinsip Keber-agamaan/religiusitas
Umat beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan menjadi suatu acuan berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan ini menuntun, mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial serta moral dalam kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya bahwa manusia akan dapatdididik.


4.     Hubungan HAM dan Pendidikan
a.     Hubungan Hakikat Manusia dan Pendidikan
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang memilki kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh.Manusia berfikir secara dinamis.
Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
1.     Manusia sebagai makhluk  yang belum selesai
2.     Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
3.     Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
b.    Hubungan Hakikat Manusia dan Ham
Hubungan hakikat manusia da HAM itu sangatalah erat, dimana hakikat manusia dan HAM itu sama-sama menjunjung nilai-nilai kemanusian.

5.     Karekteristik Sosok Manusia Indonesia
-         Munafik. Contoh yang relevan ialah lain di hati lain pula di mulut. Tidak konsistennya antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata bohong, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat.
-         Segan dan enggan bertanggung jawab. Contoh: jika terjadi kegagalan terhadap dirinya, manusia lndonesia cenderung melemparkan kegagalan itu sebagai akibat perbuatan orang lain
-         Feodal. Contohnya, bangsa kita terutama pejabat minta dilayani daripada melayani. Mengangkat pembantu sebanyak-banyaknya agar semakin banyak yang menghormati.
-         Masih percaya pada tahyul. Contohnya, suka menonton penayangan film-film horor dan dunia lain. Mengaku modern, tetapi masih sering pergi ke dukun.
-         Artistik. Contohnya, bangsa Indonesia senang pada keindahan terutama penampilan luarnya. Banyak hasil daya cipta artistik Indonesia dibeli dan diboyong ke luar negeri. Di sisi lain, demi memiliki pakaian, rumah, dan mobil yang indah, bangsa kita berani berutang.
-         Punya watak lemah. Contohnya, mudah dipaksa berubah keyakinannya demi kelangsungan hidupnya, mudah berubah pikirannya. Watak lemah ini erat kaitannya dengan munafik di atas.
-         Senang nostalgia. Ternyata lebih enak hidup di zaman orde baru ketimbang di era reformasi.
-         Cepat marah. Dipanasi nasionalismenya dalam konflik Ambalat dengan Malaysia langsung naik darah. Nekad siap berangkat walaupun tidak memiliki kemampuan bertempur.
-         Tukang lego. Contohnya, bangsa kita pandai menjual barang-baran g bekas. Biasanya untuk ganti model baru. Handphone selalu model baru, yang lama dilego. Sudah pandai mencari uang, harga diri dilego untuk mendapatkan kekuasaan. Sudah mendapatkan kekuasaan, harga diri dilego untuk mendapatkan kekayaan.
-         Suka merek luar negeri demi gengsi. Manusia Indonesia lebih suka membeli produk-produk yang mahal harganya asalkan dari luar negeri daripada membeli produk dalam negeri meskipun mutunya lebih tinggi.
-         Pemalas. Contohnya, bangsa kita adalah bangsa yang santai, kurang menghargai waktu. Waktu digunakan berjam-jam untuk mengobrol bukan untuk bekerja produktif.
-         Konsumtif. Setiap ada produk baru dan obralan pasti diserbu. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling banyak belanjanya di tanah suci dan Singapura. 



DAFTAR PUSTAKA

 
Dasar Kependidikan Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template